ADIBUSANA PARIS MEMASUKI MASA RAWAN 09.45

Adibusana hanya untuk segelintir orang di dunia, mungkin hanya 200 orang saja. Harganya amat sangat terlalu mahal, pun rancangannya terlalu konservatif atau luar biasa fantastis. Lalu apa pentingnya adibusana untuk mungkin semiliaran warga dunia yang cukup beruntung bisa menikmati mode?

Pertama-tama adibusana adalah laboratorium ide-ide desain baru dalam mode pakaian dengan ide-ide kreatif dan teknik pengerjaan yang membuat pakaian dan aksesorinya menjadi mirip benda seni. Materi utamanya, kain, juga indah, bahkan sering kali belum ada di pasar.

Dengan demikian, adibusana memengaruhi model pakaian yang akan dijual di pasar massal, entah itu label utama siap pakai (ready to wear) para perancang jutaan rupiah atau baju yang harganya puluhan ribu rupiah. Tentu saja setelah melalui modifikasi, pencuplikan sebagian kecil, atau peniruan ide dengan materi yang telah disesuaikan dengan pasar.

Karena itu bisa dimengerti mengapa pekan adibusana Paris menjadi penting bagi industri mode meskipun banyak orang tidak memahami makna pakaian berharga ratusan juta rupiah kecuali pemborosan di tengah resesi global saat ini dan ketidaksensitifan di tengah kemiskinan dan kelaparan yang dialami jutaan orang.

Dalam tiga hari pekan adibusana di Paris yang berlangsung Senin hingga Rabu (6-8/7) lalu, isu yang muncul bukanlah langsung menyangkut resesi global, melainkan terancam tutupnya rumah adibusana Christian Lacroix kecuali ada yang membeli rumah mode itu sebelum bulan Juli berakhir.

Lacroix dianggap sebagai desainer muda berbakat yang menyumbang ide baru dan segar pada dunia adibusana ketika dia memulai kariernya pada 1987. Pemodal rumah mode itu, Louis Vuitton-Moet Henessy yang kemudian juga membeli Dior dan Givenchy, pada 2005 melepas Christian Lacroix pada grup Falic. Mei lalu rumah mode itu mengajukan permintaan perlindungan dari kebangkrutan pada pengadilan Paris.

Pergelaran Lacroix didominasi warna gelap karena si perancang memakai bahan yang ada pada dia. Teman- temannya dan pemasok ikut menyumbang, termasuk pinjaman sepatu Roger Vivier dan para model yang tidak dibayar. Lacroix memamerkan 24 rancangannya yang seperti dilaporkan International Herald Tribune dan New York Times justru memperlihatkan perancang ini dapat membuat pakaian yang tidak berbau kostum justru karena tidak menampilkan desain yang berlebihan.

Lacroix membuat desain yang lebih berhati-hati dengan seni yang diwujudkan melalui gelepai, kerut dengan pita besar di punggung yang terbuka hingga ke bagian tengah. Gaun cocktacil berdraperi, rok-rok pendek genit, dan gaun panjang ramping dengan kerah dari bahan jaring berhias sulam bulat, serta gaun pengantin warna emas dan hiasan kepala seperti efek halo dilaporkan mendapat sambutan meriah dari undangan terbatas pada Selasa malam lalu.

Generasi muda

Meskipun rumah adibusana melekat pada nama-nama yang pemiliknya sudah tak ada lagi, seperti Chanel dan Dior, tetapi selalu ada orang muda yang tertarik meneruskan tradisi yang usianya sudah lebih dari 100 tahun ini. Mereka datang dan pergi karena adibusana bukan hanya mahal untuk memproduksinya, tetapi juga tidak mudah menjualnya.

Salah satu desainer muda yang dianggap berbakat adalah Alexis Mabille. Mabille memakai garis geometris, desainnya menggunakan garis dan bentuk biasa, seperti segitiga, dengan sutra transparan atau brokat untuk gaun panjang dan atasan. Unsur sporty dimunculkan melalui jaket bertudung dan celana panjang yang menyatu dengan atasan (jumpsuit).

Di rumah adibusana Dior, John Galliano membuat rancangan yang kembali ke garis dasar Christian Dior dengan garis pinggang yang ramping dan rok mengembang. Hanya kali ini banyak yang tanpa baju atas atau jas tanpa bawahan dengan efek memberi penekanan pada tiap potong baju. Sesuatu yang penting saat ini ketika pasar di Eropa masih lemah dan Amerika belum pula bangkit.

Untuk Chanel, Karl Lagerfeld menawarkan rancangan yang berbeda dari biasa. Banyak gaun lurus sepanjang lutut mendapat tambahan panel kain di bagian belakang atau tambahan brokat transparan di bagian bawah dengan efek yang tidak mencerminkan gaya Karl Lagerfeld yang biasanya bergerak maju ke depan.

Untuk Armani Prive, Giorgio Armani dilaporkan membuat rancangan bergaya elegan yang menjadi kekuatannya. Kali ini Armani banyak membuat setelan celana panjang. Beberapa diberi pita leher untuk memperlunak kesan maskulin dan sentuhan sporty dengan penggunaan ritsleting berkristal, pundak berbantalan, warna mengilat untuk efek teknologi.

Jean Paul Gaultier mengarahkan koleksinya ke Hollywood dengan sosok Jean Harlow, Rita Hayworth, dan Mae West sebagai model, sementara di Valentino duet desainer Maria Grazia Chiuri dan Pier Paolo Piccioli mencoba membuat desain yang lebih muda untuk memberi energi baru pada rumah mode yang ditinggal pensiun pendirinya setahun lalu. Chiuri dan Piccioli menggunakan kemben berbahan renda sebagai dasar rancangan mereka yang kebanyakan dipasangkan dengan rok mini.

Kini adibusana digunakan untuk membentuk citra agar konsumen mau ikut bermimpi dengan membeli aksesori mulai dari tas, sepatu, ikat pinggang, kacamata, hingga scarf, dan tentu saja parfum. Dalam suasana resesi saat ini, rumah adibusana pun harus pandai-pandai mengombinasikan antara ide kreatif, inovasi, dan fantasi dengan daya jual. Tak heran bila gaun pengantin mendapat tempat lebih penting. Elie Saab, desainer yang namanya melejit karena rancangannya dikenakan aktris Halle Berry saat menerima penghargaan Oscar 2002, misalnya, sampai perlu menampilkan lebih dari selusin baju pengantin. Dalam situasi apa pun, pernikahan adalah acara besar untuk pasangan dan keluarganya. (AFP/AP/FWD/Ninuk MP)

sumber : http://cetak.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar